Ditulis oleh: Adrian Pratama-Siswa Kelas 6 Bilal bin Rabbah
Assalamualaikum,
Halo, namaku Adrian. Liburan semester kali ini aku akan berlibur ke Bali bersama sahabatku, Aufa. Liburan kali bareng orang tua juga. It’s ok, karena liburannya akan tetap menyenangkan.
Tapi, sesuatu yang tidak diinginkan terjadi ketika sudah berada di Bali! Aku sungguh panik juga takut. Ingin tahu apa yang terjadi? Yuk, ikuti petualanganku!
“Mah, boleh ya, liburan setelah ujian akhir semester nanti Kakak ke Bali?” ujar Adrian sambil merajuk kepada ibunya.
“Hm…boleh,” jawab ibu.
“Boleh ajak Aufa ya, Mah?” Adrian kembali bertanya.
“Boleh saja kalau orang tuanya Aufa mengizinkan.” jawab ibu.
Ujian akhir semester sudah selesai dan raport hasil belajar pun sudah diterima. Tanpa menunggu lama, keesokan harinya Adrian bersama ayah dan Aufa langsung berangkat ke bandara menuju Bali.
Setelah tiba di Bali, mereka langsung mencari hotel untuk menginap selama berlibur.
“Aufa, ayo kita bereskan barang-barang kita.” ajak Adrian kepada Aufa.
Selesai membereskan barang-barang, mereka bergegas turun untuk makan setelah menempuh perjalanan jauh.
Sambil menunggu makanan yang dipesan, Adrian dan Aufa ber-selfie dulu di dekat kolam ikan. Tak lama mereka kembali ke meja untuk makan.
“Aufa, tadi kamu melihat orang yang mencurigakan tidak?” tanya Adrian pada Aufa.
“Iya, Adrian kau melihatnya, yang sejak tadi terus melihat ke arah kita saat berfoto dekat kolam.” jawab Aufa.
Sambil melanjutkan makan, mereka terus berbincang-bincang. Saat makan, tetiba Adrian merasa sakit perut dan meminta Aufa untuk mengantarnya ke toilet.
“Mah, aku ke toilet dulu ya diantar Aufa.” Adrian meminta izin.
Hal tidak diduga pun terjadi. Setelah keluar dari toilet, mereka dihadang dua orang laki-laki tak dikenal. Dua laki-laki tak dikenal itu hendak menculik mereka. Dua sahabat itu dibawa dua laki-laki tak dikenal ke dalam mobil.
“Hei, mau dibawa ke mana kami om jahat?” tanya Adrian sambil berusaha melepaskan diri dari genggaman tangan penculik itu.
“Jangan banyak bicara kalian!” jawab penculik sembari menutup mulut Adrian.
Meski demikian, kedua sahabat itu tidak kehabisan ide. Dalam perjalanan, kedua sahabat itu berusaha kabur dengan meminta izin untuk kembali berhenti ke toilet.
“Om,tolong berhenti dulu ke toilet ya. Saya kebelet buang air besar!” bujuk Aufa.
“Jon, cari toilet umum!” seru salah seorang penculik.
Setelah turun dari mobil, kami pun beraksi. Aku menginjak kaki om penculik yang bernama Mamat. Sementara Aufa menutup pintu mobil agar om Jon tidak dapat keluar dari mobil. Akan tetapi, ketika hendak mau lari Aufa tertangkap oleh om Mamat.
“Adrian, tolong aku!” seru Aufa.
Dengan cepat, Adrian pun mengambil pasir lalu disemburkan ke muka para penculik.
“Aduh … mataku!” seru om Mamat sambil mengucek -ngucek matanya.
Saat itu, Adrian dan Aufa langsung kabur mencari tempat persembunyian. Mereka bersembunyi di balik sebuah pagar yang terhalang batu sehingga para penculik itu kesulitan menemukan mereka.
Hingga malam tiba, mereka masih belum berhasil kembali ke hotel tempat mereka menginap. Ketika perut merasa lapar, kedua sahabat itu keluar dari persembunyiannya dan mencari tempat untuk membeli makan. Ketika tibadi sebuah warung makan mereka melihat sebuah mobil pik up yang hendak melaju. Lalu, kedua sahabat itu memutuskan untuk menumpang di mobil itu.
“Om, bolehkah kami ikut menumpang di mobil om?” tanya Adrian.
“Memangnya kalian mau ke mana?” om yang menyetir mobil pik up itu kembali bertanya.
“Kami mau diculik dan dijual om. Tapi kami berhasil melarikan diri,” jelas Aufa.
“Baiklah kalau begitu, om akan antarkan kalian ke rumah.” jawab om Bil.
Di tempat lain, kedua orang tua Adrian sangat khawatir karena anak sulungnya yang menghilang bersama sahabatnya belum juga kembali. Mereka pun berusaha mencari Adrian dan Aufa.
Dalam perjalanan, Allah Swt. mempertemukan mereka.
“Mamah!” teriak Adrian dari belakang mobil pik up yang membawanya.
“Oh …! Tante …! Kami di sini !” tak kalah Aufa pun berteriak memanggil orang tua Adrian.
“Kakak…!” ayah Adrian langsung melihat ke arah mereka.
Akhirnya, mereka pun kembali berkumpul. Ayah Adrian telah melaporkan percobaan penculikan ini kepada polisi. Tidak lupa mereka pun berterima kasih kepada om Bil dan om Ray yang telah mengantarkan mereka.Pah, Mah, maafin Kakak ya karena liburannya jadi kacau.” jelas Adrian meminta maaf.”Semua yang terjadi bukan salah Kakak. Papah sama Mamah justru bersyukur karena kalian selamat dari penculikan itu.” jawab ibu.
“Terima kasih ya Mah.” kata Adrian sambil memeluk ibunya.
Lalu mereka pun melanjutkan liburannya. Sungguh, liburan yang sangat menyenangkan.
Gimana, nih, Sahabat Adzkar petualangan Adrian bersama sahabatnya Aufa cukup seru, kan …
Tunggu cerpen lainnya ya dari siswa Al-Adzkar!
Maasyaa Alloh… Bagus bgt cerpennya. Ibu do’akan semoga kelak kalian jadi penulis hebat
Terima kasih untuk semua guru” Al Adzkar atas support nya untuk adrian..
Aamiin..Terima kasih bu iseu..
Masya Alloh Tabarokalloh…terbaik…ibu doakan kalian menjadi anak yang sukses dunia dan akhiran…semangat menulis…
.
Wahhh..god job adrian
Hobi menulisnya terus dikembangkan ya …dan semoga nanti kamu jadi penulis hebat.