Ditulis oleh: Bu Rahayu Sukmana
Apa itu Qira’at Sab’ah?
Tahukah Sahabat Adzkar, bahwa terdapat berbagai macam cara dalam membaca Al-Quran atau dalam istilah lain disebut dengan Qira’at Sabah? Sahabat Adzkar, kita pahami terlebih dahulu, yuk apa itu Qira’at Sab’ah dan bagaimana sejarahnya!
Bangsa Arab dahulu mempunyai berbagai dialek yang beragam antara satu kabilah dengan kabilah lainnya, baik dari segi intonasi, bunyi, maupun hurufnya. Dari perbedaan dan keragaman Arab tersebut, maka Al-Quran yang diwahyukan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW. akan menjadi sempurna kemukjizatannya apabila hal tersebut dapat menampung berbagai dialek dan macam-macam perbedaan Al-Quran sehingga memudahkan mereka untuk membaca, menghafal. dan memahaminya.
Pada awalnya, umat muslim percaya bahwa Al-Qur’an diturunkan dalam satu macam cara bacaan, yang umumnya digunakan oleh mayoritas bangsa Arab. Sebagaimana yang diriwatkan Ibnu Abbas bahwa Rasulullah SAW. bersabda:
“Jibril membacakan Al-Quran kepadaku dengan satu cara (yaitu dialek) maka aku terus memintanya untuk ditinjau Kembali. Selanjutnya aku juga meminta kepadanya agar terus ditambah sehingga ia menambahnya sampai tujuh huruf.”
(H.R. Bukhari dan Muslim).
Hadis dari Umar bin Khatab RA, Ia berkata:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ عَبْدٍ الْقَارِيِّ أَنَّهُ قَالَ سَمِعْتُ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ يَقُوْلُ سَمِعْتُ هِشَامَ بْنَ حَكِيْمِ بْنِ حِزَامٍ يَقْرَأُ سُوْرَةَ الْفُرْقَانِ عَلَى غَيْرِ مَا أَقْرَؤُهَا وَكَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْرَأَنِيْهَا وَكِدْتُ أَنْ أَعْجَلَ عَلَيْهِ ثُمَّ أَمْهَلْتُهُ حَتَّى انْصَرَفَ ثُمَّ لَبَّبْتُهُ بِرِدَائِهِ فَجِئْتُ بِهِ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقُلْتُ إِنِّيْ سَمِعْتُ هَذَا يَقْرَأُ عَلَى غَيْرِ مَا أَقْرَأْتَنِيْهَا فَقَالَ لِيْ أَرْسِلْهُ ثُمَّ قَالَ لَهُ اِقْرَأْ فَقَرَأَ قَالَ هَكَذَا أُنْزِلَتْ ثُمَّ قَالَ لِيْ اِقْرَأْ فَقَرَأْتُ فَقَالَ هَكَذَا أُنْزِلَتْ إِنَّ الْقُرْآنَ أُنْزِلَ عَلَى سَبْعَةِ أَحْرُفٍ فَاقْرَءُوْا مِنْهُ مَا تَيَسَّرَ
“Aku mendengar Hisyam bin Hakim bin Hizam membaca surah Al-Furqan dengan cara yang berbeda dari yang aku baca sebagaimana Rasulullah saw. membacakannya kepadaku dan hampir saja aku mau bertindak terhadapnya, namun aku biarkan sejenak hingga dia selesai membaca. Setelah itu aku ikat dia dengan kainku lalu aku giring dia menghadap Rasulullah saw. dan aku katakan: “Aku mendengar dia membaca Al-Qur’an tidak sama dengan aku sebagaimana engkau membacakannya kepadaku”. Maka, beliau berkata kepadaku: “Bawalah dia kemari”. Kemudian beliau berkata, kepadanya: “Bacalah”. Maka dia pun membaca. Beliau kemudian bersabda: “Begitulah memang yang diturunkan”. Kemudian beliau berkata kepadaku: “Bacalah”. Maka, aku membaca. Beliau bersabda: “Begitulah memang yang diturunkan. Sesungguhnya Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf, maka bacalah mana yang kalian anggap mudah”.
(H.R. Bukhari, Muslim, Abu Dawud, An-Nasai, At-Tirmidzi, Ahmad dan Ibnu Jarir)
Meninjau dari kedua hadis di atas, maka sudah jelas bahwa anggapan orang awam tidaklah benar terkait muculnya Qira;at (macam-macam bacaan) Al-Qur’an yang menganggap bahwa Qira’at diciptakan oleh Nabi Muhammad SAW. dan para sahabat, atau bahkan oleh ulama-ulama Tabi’in yang dipengaruhi oleh dialek bahasa kabilah-kabilah Arab. Maka dari itu, sudah jelas pula bahwa macam-macam bacaan Al-Qur’an sudah ada sejak Al-Qur’an diturunkan.
Selain itu, meninjau kembali hadis di atas disebutkan bahwa Al-Qur’an diturunkan dengan tujuh huruf (Sab’atu Ahruf). Sab’atu Ahruf (Tujuh Huruf) sendiri dalam hadis di atas mengandung banyak penafsiran dan pendapat dari kalangan ulama. Hal itu disebabkan karena lafaz Sab’ah dan lafaz Ahruf ini memiliki banyak arti. Lafaz Sab’ah dalam Bahasa Arab dapat berarti bilangan tujuh, bisa juga berarti bilangan tak terbatas, sedangkan lafaz Ahruf adalah jamak dari Harf yang mempunyai macam-macam arti, yaitu salah satu huruf hijaiyah, makna, saluran air, wajah, kata, Bahasa dan lain-lain.
Dengan demikian, Qira’at Sab’ah atau Qira’at Tujuh mengandung arti bahwa Al-Qur’an tidak diturunkan dalam satu bentuk bacaan, tetapi diturunkan dengan macam-macam bentuk bacaan. Itulah kenapa Sab’ah Ahruf disebut juga dengan Qira’at Tujuh. Hal ini dikarenakan adanya tujuh imam Qira’at yang terkenal masyhur yang masing-masing memiliki langgam bacaan sendiri. Setiap imam Qira’at ini mempunyai dua orang murid yang bertindak sebagai perawi. Perawi tersebut juga memiliki perbedaan dalam cara membaca Al-Qur’an. Perbedaan cara membaca tersebut sama sekali bukan dibuat-buat, baik oleh imam Qira’at maupun perawinya. Cara membaca Al-Qur’an tersebut merupakan ajaran Rasulullah SAW. dan memang seperti itulah Al-Qur’an diturunkan. Berikut ini merupakan tujuh imam Qira’at beserta dua orang perawinya.
- Imam Nafi
Nama lengkapnya adalah Nafi bin Abdurrahman bin Abu Nu’aim Al-Laisi. Lahir pada Tahun 70 H/ 689 M dan wafat tahun 169 H/ 785 M di Madinah. Imam Nafi memiliki dua perawi yakni, Qalun (Abu Musa bin Mina) dan Warsy (Usman bin Sai’d Al-Misri).
2. Imam Ibnu Katsir
Nama lengkapnya adalah Abu Ma’bad Abdullah bin Katsir Al-Makki lahir tahun 45H/665M. dan wafat di Mekkah tahun 120H/ 737M. Imam Ibnu Katsir memiliki dua perawi yakni, Al-Bazzi (Ahmad bin Muhammad bin Abdullah bin Abu Bazzah) dan Qunbul (Muhammad bin Abdurrahman bin Muhammad Al-Makhzumi).
3. Imam Abu ‘Amr
Nama lengkapnya Zabban bin Al-A’la bin Ammar, lahir tahun 68H/ 687M dan wafat Kuffah tahun 154H/770M. Imam Abu Amr memiliki dua perawi yakni, Ad-Duri (Abu Umar Hafs bin Umar) dan As-Susi (Abu Syu’aib Salih bin Ziyad As-Susi).
4. Imam Ibnu Amir
Nama lengkapnya Abdullah bin Amir Al-Yahsabi lahir tahun 21H/641M dan wafat di Damaskus tahun 118H/ 735M. Imam Ibnu Amir memiliki dua perawi yakni, Hisyam (Hisyam bin ‘Ammar Ad-Dimasqi) dan Ibnu Zakwan (Abu ‘Amir Abdullah bin Ahmad bin Basyir bin Zakwan Ad-Dimasqi)
5. Imam ‘Asim
Nama lengkapnya Abu Bakr bin Abun Najud Al-Asadi, wafat di Kufah tahun 128H/745M. Imam ‘Asim memiliki dua perawi yakni, Syu’bah (Abu Bakar Syu’bah bin Ayyasy bin Salim Al-Asadi) dan Hafs (Abu ‘Amr Hafs bin Sulaiman bin Al-Mugirah).
6. Imam Hamzah
Nama lengkapnya Hamzah bin Hubaib Az-Zayyat, lahir tahun 80 H/699M dan wafat di Halwan tahun 156H/772. Imam Hamzah memiliki dua perawi yakni, Khalaf (Abu Muhammad Khalaf bin Hisyam Al-Bazzar) dan Khallad (Abu ‘Isa Khallad bin Khalid As-Sirafi).
7. Imam Al-Kisa’i
Nama lengkapnya Abul Hasan Ali bin Hamzah Al-Kisa’i, wafat tahun 189H/804M. Imam Al-Kisa’i memiliki dua perawi yakni, Abu Al-Haris (Al-Laisbin Khalid Al-Bagdadi) dan Ad-Duri (Duril Kisa’i).
Di Indonesia sendiri, di antara ke tujuh Imam Qira’at di atas, hanya terdapat satu Imam Qira;at yang sering digunakan, yakni Imam ‘Asim riwayat Hafs.
Lebih jelasnya, yuk simak video berikut!
Semoga bermanfaat, ya !