Ditulis oleh: Alexa Aurelia – Siswi Kelas 6 MI Al-Adzkar Islamic Full Day School
Di sebuah desa terpencil hiduplah keluarga yang hidup dengan sederhana. Lena adalah bagian dari keluarga tersebut. Lena memiliki seorang saudara perempuan, bernama Lina. Kedua orangtua Lena selalu mengajarkan hal-hal yang baik kepada anak-anaknya. Selain itu, kedua orang tua Lena dikenal sangat dermawan dan selalu menghargai orang lain.
Meski orang tua mereka selalu mengajarkan hal yang baik, tapi hal ini tidak berlaku untuk Lina. Berbeda dengan Lena yang lebih peduli dengan kondisi orangtuanya.
Suatu hari, ibu mereka terjatuh sakit. Lena sangat sedih melihat kondisi ibunya yang terbaring sakit. Selain itu, mereka juga belum memiliki biaya untuk pengobatan ibunya. Maka dari itu, Lena pun memutuskan untuk ikut bekerja bersama ayahnya di ladang. Lalu, bagaimana dengan Lina? Ah, dia masih harus belajar untuk punya rasa empati.
Saat Lena bekerja dengan ayahnya di ladang, kejadian di luar dugaan menimpa ayahnya. Saat itu, tanpa disadari, ayah Lena menginjak ular sehingga terkena racun ular. Tentu saja hal ini membuat Lena sangat sedih. Di samping terus berdoa, Lena pun semakin giat bekerja agar bisa mengumpulkan uang yang cukup demi kesembuhan kedua orang tuanya.
Seperti biasa, keesokan harinya Lena kembali pergi ke ladang untuk bekerja. Di tengah perjalanan, Lena bertemu seorang nenek yang sedang kelaparan. Sifat dermawan yang diajarkan orang tuanya, membuat Lena tidak berpikir panjang untuk memberikan bekal rotinya kepada nenek tadi. Tentu saja si Nenek merasa senang . Sebagai ucapan terimakasih, si Nenek pun memberikan bibit pohon apel kepada Lena.
“Tanamlah bibit pohon ini dan rawatlah dengan baik. Kelak, kamu akan mendapatkan hasilnya,” ucap si nenek.
“Baik Nek, terimakasih,” jawab Lena.
Sejak saat itu, Lena rajin merawat pohon apel yang ditanamnya di belakang rumah. Pohon tersebut tumbuh besar, namun Lena merasa heran karena setelah tumbuh menjadi pohon yang besar pohon tersebut belum juga berdaun.
“Kak, ngapain sih masih saja merawat pohon itu? Pohon enggak berguna!” seru Lina
Meski demikian, Lena tetap merawat pohon itu dengan terus menyiraminya. Lena juga terus merawat kedua orang tuanya yang masih terbaring sakit. Meski Lena sangat sedih karena belum bisa membawa kedua orang tuanya berobat, tetapi Lena tidak pernah menunjukkan kesedihannya kepada siapa pun. Dia tetap berusaha berusaha dan bekerja demi mengumpulkan uang untuk berobat kedua orangtuanya.

Keesokan paginya, ketika Lena hendak menyirami pohonnya, Lena terkejut luar biasa melihat pohonnya tumbuh daun berwrarna emas. Melihat hal ini, Lena pun bergegas menyampaikan apa yang dilihatnya kepada kedua orang tuanya. Benarlah, daun berwarn emas itu ternyata benar-benar berwujud emas dan dapat ditukarkan dengan uang.
Tak menunggu lama, Lena pun segera membawa kedua orang tuanya berobat ke dokter. Mengetahui hal ini, Lina pun ingin memiliki pohon berdaun emas itu untuk bersenang-senang bersama teman-temannya. Hingga akhirnya, hal ini diketahui orang-orang yang memiliki niat buruk–orang-orang yang ingin memiliki pohon berdaun emas. Mereka berencaana membakar rumah Lena. Bersyukurnya, Lena dan kedua orangtuanya berhasil selamat dari bencana ini. Begitu pun dengan Lina. Meski demikian, Lani tidak membenci siapa pun yang telah berbuat jahat kepadanya.
Hal ini diketahui oleh si nenek yang pernah dibantu Lena. Si nenek pun menemui Lena dan memberinya daun emas yang banyak sehingga Lena bisa membelikan rumah untuk kedua orangtuanya. Melihat kebaikan kakaknya, Lina pun merasa bersalah dan akhirnya meminta maaf kepada kedua orangtuanya juga kepada Lena. Sementara, para penjahat yang telah membakar rumah Lena telah dikutuk oleh si nenek.
Lena sangat bersyukur karena segala usahanya kini telah membuahkan kebaikan. Mereka pun kembali hidup bahagia.
Bagaimana Sahabat Adzkar, cerpen karya Alexa menarik, kan…
Tunggu cerita-cerita lainnya, ya, minggu depan…karya anak-anak kelas 6 MI Al-Adzkar.